Jumat, 05 Maret 2010
dan tampaknya aku lebih suka berada dalam mimpi
dan tampaknya aku lebih suka berada dalam mimpi?
Q : what? r u crazy nim?
R : ummm maybe..
mimpi-mimpiku tiap malam, biasa saja, bukan seperti mimpi-mimpiku ketika bocah (like a fairy tale).. aku bermimpi layaknya berada di kehidupan sehari-hariku, mungkin pergi ke kampus, berjalan-jalan bersama teman-teman, bepergian dengannya, atau bahkan hanya berada di rumah sekalipun..
tak ada yang istimewa dalam mimpi-mimpiku..
apa mimpi-mimpiku selalu indah tiap malamnya? tidak juga, kadangkala aku bermimpi buruk, terbangun dengan badan penuh peluh, atau bahkan hingga menangis dan merasakan tubuh terguncang gemetar..
tapi hanya di mimpi aku bisa meyakinkan diriku.. "everything gonna be fine sweety"
dan hanya di mimpi pula aku tetap memilikinya sebagai kekasihku..
pernahkah kalian merasa?berada di dalam mimpi membuat perasaan kita ringan, seolah tanpa beban.. namun mengapa begitu singkat? kadang aku bahkan meminta ingin terus bermimpi, biarkan aku hidup dalam mimpi-mimpiku, bersama orang-orang yang sebenarnya tak nyata, dan kadangkala tidak kukenali..
penat, lelah, sedih hanya bisa kuluapkan lewat tidurku..
apa aneh? itu caraku untuk rileks, tidak memikirkan apapun..
dia pun memanggilku pelor.. nempel molor..
aku rindu kamu a.. jangan pernah pergi dari mimpi-mimpiku karena aku lebih suka berada dalam mimpi, tetap di sisimu, dan juga memilikimu..
merajut impian indah bersama..
Rabu, 30 Desember 2009
sesuatu terjadi tanpa diduga..
ini kejadian pada 30 desember 2009, sekitar jam sembilan malam.
handphone ku mati setelah sebelumnya kakakku terus-terusan menghubungiku, menanyakan keberadaanku. untuk apa? dia ingin aku segera tiba di rumah, kunci rumah ada padaku, dia tidak bisa masuk ke dalam, dan dia marah.
ayahku memacu mobilnya kencang agar cepat sampai di rumah..
dan tiba-tiba, "BRAAAAAAAKKKKKKK"!! aku melihat dua motor dari arah yang saling berlawanan bertabrakan.. keduanya terjatuh seketika! satu orang terjatuh tepat di depan mobil yang sedang dikendarai ayahku, dan yang satu lagi? entah dimana..
mataku buram (cukup buram dengan minus tiga yang tak dilengkapi kacamata atau kontak lens), saat itu sekitar jam sembilan malam.. tapi aku cukup dapat melihat dengan jelas kejadian yang terjadi hanya dalam hitungan detik itu.
aku berteriak, aku takut ayahku akan menabraknya, reflek ia langsung banting setir.. dan berhasil.. aku bernafas sedikit lega, namun tetap jantungku berdegup kencang tak terkendali..
mobil diparkir di pinggiran jalan, aku cuma berkata, "tolongin orang itu bi", walapun sebenarnya aku ingin pergi meninggalkannya saja.. aku cukup takut.
ayahku keluar dari mobil, jalanan sepi.. namun mulai ada beberapa motor melintas dan berhenti di sekitar kita.
ada yang hanya menonton, dan tidak turun dari motornya.. ada juga yang menampakkan simpatinya, namun semua sama memandang aku dan ayahku seolah-olah kamilah yang sudah menabrak orang itu.
semua ribut mempertanyakan apa yang terjadi tadi, dan mengelilingi orang itu..
aku berpikir dalam hati, "heeeiii ngobrolnya ntar aja sih.. tolongin dulu kenapa, darahnya terus ngalir juga! dia kesakitan, gimana sih ini orang-orang?".
aku bisa liat, gak ada yang mau terlibat, buktinya waktu ayahku minta tolong supaya ada yang nemenin ke RS.. gak ada satupun yang mau, sampe akhirnya dateng satu orang laki-laki dengan jalan terpincang-pincang (belakangan aku tau kalo dia pengendara motor yang satu lagi.. dia terjatuh cukup jauh).
iya, di dalem mobil ada ayahku, aku, dan dua orang yang saling tabrakan tadi.. gak ada satu orangpun yang tadi mengerumuni yang ikut menemani kita ke RS..
hah.. aku mengerti.. betapa untuk peduli pada orang yang tidak kita kenali itu sulit.
saat itu, aku menelpon kakakku, memberi tahu kalau kita harus ke RS mengantarkan orang yang kecelakaan, mau tau apa yang terjadi? dia marah, mematikan telpon..
"Biarin aja, dia suka gk inget kalo waktu itu dia kecelakaan dibantuin sama orang lain, sampe temennya yang liat juga langsung turun dari angkot, sekarang giliran orang lain yang kena musibah.. dia gak mau ngerti.. abi cuma ngerasain, gimana kalo itu terjadi sama anak abi? dan gk ada orang yang mau nolongin disana?"
aku mulai melamun, iya.. bagaimana kalau itu terjadi pada orang yang aku kasihi? dan tidak ada orang yang mau menolongnya? hanya mengerumuni kemudian meninggalkannya? sudah pasti, aku akan sangat marah..
membayangkannya saja, aku sudah hampir menangis..
aku bahkan semua orang tak ingin mengalaminya, kita harus memosisikan diri kita di posisi sang korban, di posisi orang-orang yang menyayanginya, yang mengkhawatirkannya.. supaya hati kita bisa terketuk sedikit saja..
malam ini, aku belajar dua hal baru..
pertama, kepedulian kepada orang lain, sekalipun kepada orang yang sama sekali tidak kita kenali..
kedua, jangan kebut-kebutan di jalan sekalipun jalanan sedang kosong..
karena kita tak pernah tau apa yang akan terjadi kemudian, sesuatu terjadi tanpa diduga..
*putricilikyangtakcilik*
handphone ku mati setelah sebelumnya kakakku terus-terusan menghubungiku, menanyakan keberadaanku. untuk apa? dia ingin aku segera tiba di rumah, kunci rumah ada padaku, dia tidak bisa masuk ke dalam, dan dia marah.
ayahku memacu mobilnya kencang agar cepat sampai di rumah..
dan tiba-tiba, "BRAAAAAAAKKKKKKK"!! aku melihat dua motor dari arah yang saling berlawanan bertabrakan.. keduanya terjatuh seketika! satu orang terjatuh tepat di depan mobil yang sedang dikendarai ayahku, dan yang satu lagi? entah dimana..
mataku buram (cukup buram dengan minus tiga yang tak dilengkapi kacamata atau kontak lens), saat itu sekitar jam sembilan malam.. tapi aku cukup dapat melihat dengan jelas kejadian yang terjadi hanya dalam hitungan detik itu.
aku berteriak, aku takut ayahku akan menabraknya, reflek ia langsung banting setir.. dan berhasil.. aku bernafas sedikit lega, namun tetap jantungku berdegup kencang tak terkendali..
mobil diparkir di pinggiran jalan, aku cuma berkata, "tolongin orang itu bi", walapun sebenarnya aku ingin pergi meninggalkannya saja.. aku cukup takut.
ayahku keluar dari mobil, jalanan sepi.. namun mulai ada beberapa motor melintas dan berhenti di sekitar kita.
ada yang hanya menonton, dan tidak turun dari motornya.. ada juga yang menampakkan simpatinya, namun semua sama memandang aku dan ayahku seolah-olah kamilah yang sudah menabrak orang itu.
semua ribut mempertanyakan apa yang terjadi tadi, dan mengelilingi orang itu..
aku berpikir dalam hati, "heeeiii ngobrolnya ntar aja sih.. tolongin dulu kenapa, darahnya terus ngalir juga! dia kesakitan, gimana sih ini orang-orang?".
aku bisa liat, gak ada yang mau terlibat, buktinya waktu ayahku minta tolong supaya ada yang nemenin ke RS.. gak ada satupun yang mau, sampe akhirnya dateng satu orang laki-laki dengan jalan terpincang-pincang (belakangan aku tau kalo dia pengendara motor yang satu lagi.. dia terjatuh cukup jauh).
iya, di dalem mobil ada ayahku, aku, dan dua orang yang saling tabrakan tadi.. gak ada satu orangpun yang tadi mengerumuni yang ikut menemani kita ke RS..
hah.. aku mengerti.. betapa untuk peduli pada orang yang tidak kita kenali itu sulit.
saat itu, aku menelpon kakakku, memberi tahu kalau kita harus ke RS mengantarkan orang yang kecelakaan, mau tau apa yang terjadi? dia marah, mematikan telpon..
"Biarin aja, dia suka gk inget kalo waktu itu dia kecelakaan dibantuin sama orang lain, sampe temennya yang liat juga langsung turun dari angkot, sekarang giliran orang lain yang kena musibah.. dia gak mau ngerti.. abi cuma ngerasain, gimana kalo itu terjadi sama anak abi? dan gk ada orang yang mau nolongin disana?"
aku mulai melamun, iya.. bagaimana kalau itu terjadi pada orang yang aku kasihi? dan tidak ada orang yang mau menolongnya? hanya mengerumuni kemudian meninggalkannya? sudah pasti, aku akan sangat marah..
membayangkannya saja, aku sudah hampir menangis..
aku bahkan semua orang tak ingin mengalaminya, kita harus memosisikan diri kita di posisi sang korban, di posisi orang-orang yang menyayanginya, yang mengkhawatirkannya.. supaya hati kita bisa terketuk sedikit saja..
malam ini, aku belajar dua hal baru..
pertama, kepedulian kepada orang lain, sekalipun kepada orang yang sama sekali tidak kita kenali..
kedua, jangan kebut-kebutan di jalan sekalipun jalanan sedang kosong..
karena kita tak pernah tau apa yang akan terjadi kemudian, sesuatu terjadi tanpa diduga..
*putricilikyangtakcilik*
Tantang hidup
satu tulisan sederhana tentang makna kehidupan untukku..
Tiwi bilang hidup itu perjuangan.
a Salman bilang hidup itu proses menuju kesempurnaan.
dan aku bilang hidup itu tak lebih dari skenario tak berjudul.
Hidup itu bukanlah sebuah treatment untuk sebuah film seperti yang diucapkan Pak Akbar di kelas-kelasnya, tapi hidup itu sinopsis dari sebuah sinetron. Yah anggap saja begitu, inilah sandiwara dunia.
Dalam sinopsis itu tak ada klimaks, juga tak ada akhir yang jelas yang diceritakan di dalamnya.
Kita harus mencarinya, menentukan setiap langkah yang akan kita tempuh di setiap persimpangan jalan yang kita temui, kita tak akan pernah tahu apakah jalan yang kita ambil itu salah, karena apa? karena kita tidak pernah tahu ada apa di ujung jalan tersebut, dan terkadang kita baru menyadari telah mengambil jalan yang salah justru di pertengahan perjalanan. Disaat kita merasa tak mampu lagi meneruskan perjalanan, dan juga masih diliputi ketakutan jika ujung jalan itu sudah ditemukan, ternyata masih ada persimpangan di sana, itu akan membuat kita berpikir, jalan pertama yang kita ambil sudah salah, maka jalan yang selanjutnya pun akan tetap salah. Sementara untuk melangkah ke belakang, kembali ke titik awal dan mengambil jalan yang satunya lagi bukan pula hal yang mudah, waktu kita selama ini telah terbuang untuk hal yang tidak pernah kita inginkan? apakah kita harus benar-benar meninggalkannya dengan kembali ke jalan yang mungkin tepat itu?
Tiap orang memiliki pilihannya masing-masing, akan lebih baikkah hidupnya ataukah ia memilih untuk menghancurkan saja hidupnya.
Salah jalan itu banyak disebabkan oleh banyak hal, hanya ikut-ikutan teman, dipaksa orang lain, atau mungkin karena kecerobohan kita sendiri yang tak pernah mempertimbangkan secara matang-matang ketika bersikap mengambil suatu keputusan untuk diri kita sendiri ( tentu saja ini untuk diri kita sendiri, karena kitalah yang akan menjalaninya, bukan teman-temanmu, bukan pula keluargamu).
Aku mengenal beberapa orang yang hidupnya justru hancur berantakan ketika mereka menyadari jalan yang mereka ambil itu salah, dan pada akhirnya mereka memilih berjalan kembali ke belakang, bersusah payah, menghabiskan waktu untuk berjalan mundur dan menyiapkan diri melangkah ke jalan yang satunya lagi, tapi perjuangan mereka tidak sia-sia ternyata. Pilihan mereka untuk kembali, dan menentukan apa yang mereka inginkan itu benar, sekarang mereka bahagia menjalani kehidupan mereka.
Tapi itu bukan berarti setiap orang harus kembali berjalan mundur, ketika hidupnya tak sesuai dengan yang diinginkannya.
Kalau kata mary jane, “ waktu terus berpacu, takkan pernah bisa untuk menunggu, bila kau terdiam kau akan ditinggalkan.”
Aku, sudah dua tahun aku lewati, berjuang berjalan di jalan yang tak pernah aku inginkan, kadang aku berlari ya berlari karena ingin segera menyelesaikan segalanya. Aku tak perduli pada apa yang bisa aku dapatkan selama di perjalanan itu, aku hanya berlari melihat ke depan, tak menoleh ke samping sama sekali. Sempat beberapa kali aku berpikir, lebih baik aku berjalan mundur dan mengambil jalan yang aku inginkan, tapi otakku mencerna, “ kemana waktuku selama ini? semuanya sia-sia kalau aku harus berjalan mundur!”. Kemudian aku berpikir, “ Kenapa Allah tak mengambil saja nyawaku saat ini? aku tak sanggup untuk berjalan ke depan, namun aku juga tak mampu berjalan ke belakang. Aku tak ingin lagi hidup jika hanya untuk menjadi gadis lemah yang gagal. “, tapi lagi-lagi otakku mencerna, kematian hanya Dia yang berhak untuk menentukan, aku tak bisa memintanya. Kini berulang kali aku sudah sering terjatuh, pikiran-pikiran itu terus menghantuiku, namun kini aku mencoba mencari suatu pilihan baru yang harus aku jalani, “ Biarkan aku menjalani perjalananku yang hampir mencapai ujungnya ini, tapi jangan paksa aku untuk menoleh atau sekedar beristirahat bergabung dengan orang lain yang mengambil jalan yang sama denganku, ya karena aku tak mampu, aku hanya ingin menyelesaikannya sesegera mungkin supaya kemudian aku bisa memilih jalan yang memang aku inginkan, menjalani kehidupan yang akan membuatku bahagia, tak mengapa aku harus mengulangnya kembali dari nol, tak mengapa aku harus mulai mencari hidup untuk masa depanku pada usiaku yang ke-20, sedangkan orang lain sudah mencarinya di usianya yang ke-17. Aku tak keberatan, karena itu yang aku inginkan.
Aku yakin bahagia kelak ada untukku.
@ Tiwi : Hidup itu tak hanya tentang perjuangan, kita tak bisa hanya berjuang menjalaninya tanpa menentukan akan dibawa kemana hidup kita.
@ a Salman : Hidup itu bukan proses mencari kesempurnaan, kenapa? karena kesempurnaan itu hanya milik Allah, manusia tak berhak mendapatkan kesempurnaan tapi hanya merasakan mendekati kesempurnaan itu, hanya dengan merasakan bahwa Allah telah menganugerahkan kebahagiaan untuk kita, dan kita dapat mensyukuri segalanya. Tak perduli orang lain menilai cacat kehidupan kita, menilai kehidupan kita yang hanya begitu belumlah bahagia, yang penting kita sudah merasa bersyukur atas segalanya, itu artinya kita sudah mendekati apa yang menurut Allah sempurna.
a Salman benar tentang beberapa hal tentang kehidupan.
Dengan Cinta hidup menjadi indah.
Dengan Ilmu hidup menjadi mudah.
Dengan Agama hidup menjadi terarah.
Terimakasih untuk cinta a Salman yang sempat membuat hidupku menjadi indah.
Semoga Nimah bisa mendapatkan Ilmu yang akan membuat hidup aku menjadi lebih mudah.
Semoga Allah tetap mendekatkan aku pada-Nya, agar langkahku selalu terarah.
Semoga aku tetap akan tegar dalam menjalani kehidupan ini.
Semua orang pun semoga semakin tegar menjalani kehidupannya masing-masing.
Amin ya robbal alamin.
Dunia terdengar semakin keras, maka kita pun harus semakin kuat.
*putricilikyangtakcilik*
Tiwi bilang hidup itu perjuangan.
a Salman bilang hidup itu proses menuju kesempurnaan.
dan aku bilang hidup itu tak lebih dari skenario tak berjudul.
Hidup itu bukanlah sebuah treatment untuk sebuah film seperti yang diucapkan Pak Akbar di kelas-kelasnya, tapi hidup itu sinopsis dari sebuah sinetron. Yah anggap saja begitu, inilah sandiwara dunia.
Dalam sinopsis itu tak ada klimaks, juga tak ada akhir yang jelas yang diceritakan di dalamnya.
Kita harus mencarinya, menentukan setiap langkah yang akan kita tempuh di setiap persimpangan jalan yang kita temui, kita tak akan pernah tahu apakah jalan yang kita ambil itu salah, karena apa? karena kita tidak pernah tahu ada apa di ujung jalan tersebut, dan terkadang kita baru menyadari telah mengambil jalan yang salah justru di pertengahan perjalanan. Disaat kita merasa tak mampu lagi meneruskan perjalanan, dan juga masih diliputi ketakutan jika ujung jalan itu sudah ditemukan, ternyata masih ada persimpangan di sana, itu akan membuat kita berpikir, jalan pertama yang kita ambil sudah salah, maka jalan yang selanjutnya pun akan tetap salah. Sementara untuk melangkah ke belakang, kembali ke titik awal dan mengambil jalan yang satunya lagi bukan pula hal yang mudah, waktu kita selama ini telah terbuang untuk hal yang tidak pernah kita inginkan? apakah kita harus benar-benar meninggalkannya dengan kembali ke jalan yang mungkin tepat itu?
Tiap orang memiliki pilihannya masing-masing, akan lebih baikkah hidupnya ataukah ia memilih untuk menghancurkan saja hidupnya.
Salah jalan itu banyak disebabkan oleh banyak hal, hanya ikut-ikutan teman, dipaksa orang lain, atau mungkin karena kecerobohan kita sendiri yang tak pernah mempertimbangkan secara matang-matang ketika bersikap mengambil suatu keputusan untuk diri kita sendiri ( tentu saja ini untuk diri kita sendiri, karena kitalah yang akan menjalaninya, bukan teman-temanmu, bukan pula keluargamu).
Aku mengenal beberapa orang yang hidupnya justru hancur berantakan ketika mereka menyadari jalan yang mereka ambil itu salah, dan pada akhirnya mereka memilih berjalan kembali ke belakang, bersusah payah, menghabiskan waktu untuk berjalan mundur dan menyiapkan diri melangkah ke jalan yang satunya lagi, tapi perjuangan mereka tidak sia-sia ternyata. Pilihan mereka untuk kembali, dan menentukan apa yang mereka inginkan itu benar, sekarang mereka bahagia menjalani kehidupan mereka.
Tapi itu bukan berarti setiap orang harus kembali berjalan mundur, ketika hidupnya tak sesuai dengan yang diinginkannya.
Kalau kata mary jane, “ waktu terus berpacu, takkan pernah bisa untuk menunggu, bila kau terdiam kau akan ditinggalkan.”
Aku, sudah dua tahun aku lewati, berjuang berjalan di jalan yang tak pernah aku inginkan, kadang aku berlari ya berlari karena ingin segera menyelesaikan segalanya. Aku tak perduli pada apa yang bisa aku dapatkan selama di perjalanan itu, aku hanya berlari melihat ke depan, tak menoleh ke samping sama sekali. Sempat beberapa kali aku berpikir, lebih baik aku berjalan mundur dan mengambil jalan yang aku inginkan, tapi otakku mencerna, “ kemana waktuku selama ini? semuanya sia-sia kalau aku harus berjalan mundur!”. Kemudian aku berpikir, “ Kenapa Allah tak mengambil saja nyawaku saat ini? aku tak sanggup untuk berjalan ke depan, namun aku juga tak mampu berjalan ke belakang. Aku tak ingin lagi hidup jika hanya untuk menjadi gadis lemah yang gagal. “, tapi lagi-lagi otakku mencerna, kematian hanya Dia yang berhak untuk menentukan, aku tak bisa memintanya. Kini berulang kali aku sudah sering terjatuh, pikiran-pikiran itu terus menghantuiku, namun kini aku mencoba mencari suatu pilihan baru yang harus aku jalani, “ Biarkan aku menjalani perjalananku yang hampir mencapai ujungnya ini, tapi jangan paksa aku untuk menoleh atau sekedar beristirahat bergabung dengan orang lain yang mengambil jalan yang sama denganku, ya karena aku tak mampu, aku hanya ingin menyelesaikannya sesegera mungkin supaya kemudian aku bisa memilih jalan yang memang aku inginkan, menjalani kehidupan yang akan membuatku bahagia, tak mengapa aku harus mengulangnya kembali dari nol, tak mengapa aku harus mulai mencari hidup untuk masa depanku pada usiaku yang ke-20, sedangkan orang lain sudah mencarinya di usianya yang ke-17. Aku tak keberatan, karena itu yang aku inginkan.
Aku yakin bahagia kelak ada untukku.
@ Tiwi : Hidup itu tak hanya tentang perjuangan, kita tak bisa hanya berjuang menjalaninya tanpa menentukan akan dibawa kemana hidup kita.
@ a Salman : Hidup itu bukan proses mencari kesempurnaan, kenapa? karena kesempurnaan itu hanya milik Allah, manusia tak berhak mendapatkan kesempurnaan tapi hanya merasakan mendekati kesempurnaan itu, hanya dengan merasakan bahwa Allah telah menganugerahkan kebahagiaan untuk kita, dan kita dapat mensyukuri segalanya. Tak perduli orang lain menilai cacat kehidupan kita, menilai kehidupan kita yang hanya begitu belumlah bahagia, yang penting kita sudah merasa bersyukur atas segalanya, itu artinya kita sudah mendekati apa yang menurut Allah sempurna.
a Salman benar tentang beberapa hal tentang kehidupan.
Dengan Cinta hidup menjadi indah.
Dengan Ilmu hidup menjadi mudah.
Dengan Agama hidup menjadi terarah.
Terimakasih untuk cinta a Salman yang sempat membuat hidupku menjadi indah.
Semoga Nimah bisa mendapatkan Ilmu yang akan membuat hidup aku menjadi lebih mudah.
Semoga Allah tetap mendekatkan aku pada-Nya, agar langkahku selalu terarah.
Semoga aku tetap akan tegar dalam menjalani kehidupan ini.
Semua orang pun semoga semakin tegar menjalani kehidupannya masing-masing.
Amin ya robbal alamin.
Dunia terdengar semakin keras, maka kita pun harus semakin kuat.
*putricilikyangtakcilik*
Selasa, 29 Desember 2009
tentang aku
ini tentang diriku..
19 tahun yang lalu aku terlahir, tanpa diduga, namun memang diminta..
Allah titipkan aku pada kedua orangtuaku yang hingga detik ini saat aku sedang menulis masih terus menjagaku.
mereka.. entahlah bagaimana aku harus menafsirkannya. mereka memiliki cara mereka sendiri dalam mendidikku selama 19 tahun yang berat ini (namun aku berharap caraku nanti dalam mendidik buah hatiku akan berbeda), entah apakah di hati kecil mereka.. mereka merasa sudah berhasil mendidikku sebagai seorang anak perempuan pertama mereka? aku rasa akulah yang belum berhasil menjadi anak yang baik dan membanggakan untuk mereka.
apa yang kuperbuat selama 19 tahun ini? belum ada sepercikpun kebahagiaan yang kuberikan untuk kedua orangtuaku..
terkadang aku marah pada diriku sendiri, terkadang aku merasa marah pada mereka.. aku selalu menganggap aneh diriku.
emosiku tidak stabil..
jantungku berdegup kencang tidak beraturan saat marah..
tanganku meremas bajuku..
terasa sakit di dalam tiap aku marah..
ini aku.. usiaku 19 tahun.. beberapa hari lagi genap 20 tahun.
aku ingin jadi lebih dewasa, terkendali, dan bermanfaat untuk semua orang, terutama untuk orang-orang yang menyayangiku..
*putricilikyangtakcilik*
Langganan:
Postingan (Atom)